• Logo Sekolah Kami

    SMKN 5 Jember

  • Hasil memotret dengan cara panning

    Panning adalah memotret dengan menggerakkan kamera searah dengan arah gerakan obyek yang ingin dibidik sehingga obyek akan tampak fokus sementara background tampak kabur.

  • Gambar Susunan Pengkabelan Jaringan

    Ini adalah susunan Pengkabelan Straight (Kabel untuk LAN) dan Pengkabelan Cross (Kabel untuk peer to peer)

  • Blogger dan Wordpress

    Blogger dan Wordpress adalah salah satu media pembuatan Web

  • Hacker

    Hacker adalah

  • This is Slide 6 Title - NewBloggerThemes.com

    This is slide 6 description. Go to Edit HTML and find this content. Replace it your own description.

Selasa, 05 Maret 2013

Posted by Unknown
No comments | 13.41

 Identifikasi Standar TV Dunia Dan HDTV
HDTV adalah merupakan media komunikasi baru dan teknologinya


masih dalam proses penggarapan yang sangat ramai, terutama pada awal dekade ini. Secara singkat sejarah perkembangan HDTV dimulai oleh Jepang yang dimotori oleh pusat riset dan pengembangan NHK (TVRI/RRI  -nya Jepang) pada tahun 1968, kemudian diikuti oleh Masyarakat Eropa  sebagai pembanding dan akhirnya Amerika Serikat menjadi kompetitor yang harus diperhitungkan. 

Diperkirakan bahwa teknologi HDTV ini akan menjadi standar televisi masa depan, sehingga seorang peneliti senior dalam bidang  sistem strategi dan manajemen Dr. Indu Singh meramalkan bahwa pasar dunia untuk HDTV ini akan mencapai 250 billion dolar pertahun (tahun 2010). Untuk itu pada dekade tahun 1990 ini negara-negara maju telah dan sedang berusaha agar bisa membuat teknologi tersebut sehingga bisa menguasai pasar dunia (posisi strategis). Karena itu maka sekarang telah bermunculan berbagai standar, yang satu sama lainnya saling berbeda. Yang menjadi persoalan  sekarang adalah bagaimana sebaiknya bagi negara berkembang ? 


Apa itu HDTV ? 
HDTV dapat diartikan sebagai suatu sistem media komunikasi bergambar dan atau bersuara dengan tingkat kualitas ketajaman gambar (resolusi) yang sangat tinggi (hampir sama dengan kualitas film 35-mm) dan kualitas suaranya juga menyerupai CD (Compact Disk). Dalam hal ini teknologi pemrosesan sinyal dijital dan displai memberikan peran yang sangat penting. Diharapkan juga bahwa nantinya bisa melayani multi-bahasa dan multi media.

Karena HDTV merupakan sistem komunikasi, maka seperti juga sistem komunikasi konvensional, untuk penyelenggaraannya memerlukan  beberapa komponen dasar seperti pusat produksi (studio),  pemroses/penyimpan. sistem transmisi dan pesawat penerima. 

Sistem Siaran Ideal
Untuk dapat menyelenggarakan sistem siaran HDTV baik secara nasional  maupun global yang ideal, diperlukan beberapa kriteria antara lain 
sebagai berikut :
- Penggunaan sinyal standar yang sama (di dunia /dalam satu negara)
- Biaya pesawat penerima yang murah /terbeli oleh khalayak
- Kompatibel dengan sistem yang sudah ada
- Bisa dihubungkan dengan media lain (multi-media)
- Dapat terjangkau secara meluas (aspek pemerataan)

Kompetisi Standar
Disamping aspek pasar yang menggiurkan, dalam sistem penyele- nggaran HDTV yang global mempunyai dampak yang luas pada bidang  budaya, sosial politik sampai pada pertahanan. Karena itu  negara-negara maju telah berlomba agar sistem yang mereka kembangkan  itu nantinya dapat dipakai sebagai standar dunia (global).  Standar yang telah masuk dalam agenda rapat CCIR( badan inter- nasional yang menangani standarisasi sistem penyiaran), baru dua yaitu MUSE (Jepang) dan HD-MAC (Eropa). Sementara itu Amerika Serikat yang diatur oleh FCC (Komisi Komunikasi) sedang ditegangkan untuk  memutuskan satu standar dari masing-masing team (konsorsium) yang  sedang berkompetisi. Karena kepentingan masing-masing negara yang berbeda-beda apakah CCIR bisa memutuskan pemakain standar yang tunggal ?Pengalaman dari sistem TV konvensional yaitu adanya PAL/SECAM di Eropa & ASEAN,  NTSC di Amerika dan Jepang, rasanya sulit CCIR untuk bisa memutuskan  pemakaian tunggal sistem penyiaran HDTV ini. 

Disamping itu juga ada badan standarisasi dibawah ISO yaitu  MPEG (Kompas 25 April 1993, penulis yang sama) yang menangani  standarisasi pengkodean dan pemampatan sinyal gambar bergerak.  Untuk sinyal gambar dengan ketajaman tinggi (HDTV), sampai saat ini belum ada kesepakatan dan direncanakan diselesaikan pada tahun 1995.

Negara Berkembang
Setiap negara tentu saja menginginkan bahwa negaranya bisa maju dalam segala hal, termasuk teknologi HDTV. Bagi negara maju yang  infrastrukurnya sudah lengkap yang menjadi masalah penerapan adalah  kompetisi. 

Namun demikian bagaimana dengan negara berkembang yang infrastrukturnya masih terbatas (lihat idealisasi sistem siaran diatas) ,apakah mau menciptakan standar sendiri ataukah mengikuti standar yang sedang dikembangkan oleh bangsa maju dan kapankah HDTV tersebut layak diterapkan? Karena tingkatan teknologi HDTV yang ada sudah demikian maju , kemungkinan membuat standar sinyal sendiri hanyalah membuang waktu dan dana. Namun demikian kalau mengikuti standar lain harus bagaimanakah? 

Alangkah bijaksananya kalau negara berkembang bisa mempelajari sistem HDTV ini baik dari segi produksi, transmisinya, pesawat  penerima bahkan sampai industri pembuatan komponen-komponen tersebut. Karena tanpa bisa memproduksi , negara tesebut akan selalu bergantung. Pertanyaan berikutnya lalu standar mana yang harus dipakai ?  MUSE, HD-MAC atau ADTV-nya Amerika.

Untuk menjawab pertanyaan ini dan sekaligus menyelesaikan  persoalan-persoalan idealisai sistem penyiaran diatas kiranya  diperlukan strategi dan pentahapan yang terpadu. Karena teknologi HDTV  tidak semata-mata teknologi televisi saja, maka demi keterpaduan sebaiknya  di dalam pengkajian , maupun pengembangannya dilakukan oleh beberapa instansi dan industri yang terkait, seperti Telekomunikasi (TELKOM),  Perguruan Tinggi, Pengkajian Teknologi (BPPT,LIPI), Industri elektronika (INTI, LEN,National, Elektrindo), Kementrian Industri dan Perdagangan  (Indag), dsb-nya. 

Sebagai contoh keterpaduan yang dilakukan di Jepang untuk  pengembangan industri televisi yang dimulai dekade 50. Dengan dimotori oleh Pusat Riset dan Pengembangan NHK, Jepang memaksa industri- industri dalam negeri (SONY, Matsuhita, dll) untuk bisa memproduksi  Televisi dan komponen terkait dengan orientasi mula pasar dalam negeri.

Dengan dilaksanakan siaran secara langsung melalui media televisi upacara pernikahan kaisar (emperor) Akihito pada tahun 1959,  meledaklah industri televisi di Jepang . Akhirnya seperti kita ketahui dengan baik bahwa Jepang telah  bisa merajai teknologi televisi dan pasar dunia. , bahkan telah  berhasil menayangkan program HDTV 8 jam sehari (mulai 25 Nopember 1991). Yang menjadi harapan Jepang selanjutnya adalah bahwa pasaran  Hi- Vison-nya (HDTV) akan meledak pada pernikahan mahkota berikutnya Naruhito dengan Masako Owada pada bulan Juni ini. Namun ini masih menjadi pertanyaan karena harganya masih mahal (1.0 juta yen), sehingga sampai akhir Mei ini jumlah pesawat penerimanya baru sekitar 10.000. Para peneliti Jepang sedang berusaha habis-habisan untuk bisa mengeffisien- kan komponen IC-nya sehingga diharapkan harganya menjadi murah.

Contoh lain adalah Korea Selatan, mereka tidak terburu-buru mengadakan penyelenggaraan-nya disaat standar belum mapan, namun yang mereka kejar adalah bagaiamana memproduksi HDTV untuk bisa di ekspor, sehingga mereka mengirimkan ahli-ahli-nya yang bisa membuat HDTV ke Jepang , Eropa, Amerika. Kegiatan ini adalah merupakan konsorsium dari pemerintah dan industri industri terkait seperti Golden Star, Samsung , Daewo, Korean Telocom dsb-nya. 

Proyek pengembangan produksi HDTV di Korea ini dimulai sejak tahun  1989, dengan biaya 100 milyar won, 60 prosen diantara-nya dikeluarkan dari kocek pemerintah. Target yang mereka harapkan adalah, konfigurasi dasar (prototipe) akan selesai dilaksanakan pada tahun 1993, sedangkan secara  ambisius pada tahun 1995 nanti bisa membuat produksi secara masal.

Kelihatannya sangat netral dan beralasan sekali ,saran seorang  mantan peneliti dari NHK yang sekarang menjadi guru besar di salah  satu perguruan tinggi di Jepang, yang menyatakan bahwa kalau negara  berkembang ingin mengembangkan sistem siaran HDTV, maka yang perlu  dibenahi dulu antara lain adalah ,perbanyaklah ahli elektronika  (pendidikan) dan yang terkait sehingga bisa membuat , menjalankan dan  memasarkan industri elektronika secara mandiri. Menurut beliau kalau  ini dikerjakan mulai sekarang dengan kerja keras (Gambate /bahasa  Jepang), mudah-mudahan penyelenggaraan sistem siaran HDTV ini bisa  dilaksanakan dalam kurun 10 tahun yang akan datang.

OTNASA melalui ISS (Stasiun Ruang Angkasa Internasional) dengan menggunakan Kamera HDTV melakukan pemantauan bumi dengan modus pengoperasian shooting manual. Kamera yang digunakan adalah SONY HDW-700 (1920x1035 pixel). Data hasil rekamannya dapat dipergunakan untuk memantau lingkungan daratan maupun pulau kecil seperti lagoon dengan hasil yang mirip Citra SP

Akan tetapi walaupun video HDTV memiliki resolusi yang lebih baik dibanding video biasa seperti pada Satelit LAPAN A1, jika LAPAN akan menggunakan kamera video HDTV pada satelit LAPAN A2 yang berbasis bus LAPAN A1 akan dihadapkan pada masalah, yaitu :
1.Volume data per satuan waktu akan jauh lebih besar daripada kamera Video Analog konvensional yang digunakan pada LAPAN A1.
2.Kamera Video HDTV akan memberikan hasil yang optimal apabila diperlakukan (ditransmisikan) secara digital yang tentu saja tidak cocok/ kompatibel dengan transmitter yang ada pada LAPAN A1.
3.Ukuran dan berat kamera HDTV secara umum relatif lebih besar daripada kamera Video Analog standar.
4.Menuntut akan adanya perubahan sistem penerima di bumi.
UHF bekerja di gelombang antara 300 MHz sampai 3 GHz yang biasanya dipake buat siaran televisi. Selain UHF juga ada VHF. kebanyakan tv swasta siaran pake UHF & negeri pake VHF. tapi tvri juga kadang kalo di jakarta nongol di UHF juga. uhf itu ultra high frequency. jadi frekwensi itu mirip kayak frekuensi telepon seluler. ada gsm 1800 mhz & 900mhz ada juga cdma 2000-1x di frekuensi 800 mhz & 1900 mhz. semua frekuensi dikelola oleh negara. tapi ada frekuensi tertentu yang dibebasin buat kepentingan masyarakat misalnya buat wifi, radio amatir, radio kontrol, dsb. telinga manusia cuma bisa dengar frekuensi antara 20 sampai 20000 getaran tiap detik / hertz.

Mengenal Lebih Jauh Keunggulan HDTV
Selama ini kita sudah sangat familiar dengan sistem national television system committee (NTSC) yang dipergunakan televisi untuk menyajikan gambar. Tetapi, belakangan dengan munculnya teknologi high-definition television (HDTV) atau yang dalam bahasa Indonesia disebut televisi definisi tinggi, menyebabkan fungsi NTSC perlahan-lahan tergantikan. Apa sih sebenarnya teknologi HDTV ini?

PESATNYA kemajuan teknologi digital, terutama di bidang gambar digital yang mengkombinasikan foto dan video, memang tidak diduga sebelumnya. Kehadiran teknologi HDTV, bukan saja mendorong produk-produk dengan kualitas digital pada beberapa merek perangkat televisi yang sudah punya nama, tetapi juga pada cara perekamannya untuk ditayangkan di HDTV. 

Sampai sekarang masih sulit untuk mendefinisikan secara tepat HDTV. Yang pasti, teknologi tayangan televisi yang dianggap terbaik sekarang ini adalah menggunakan sistem NTSC (National Television Systems Committee) yang menayangkan gambar analog, menghasilkan resolusi sebanyak 525 garis pada layar televisi. Sedangkan HDTV menghasilkan resolusi 1.125 garis tayangan yang lebih padat dan mampu menghasilkan informasi video lima kali lebih banyak dibanding sistem NTSC. 

Namun, walaupun memiliki keunggulan yang luar biasa dalam menghasilkan resolusi yang rapat, tajam, dan jelas, transmisi HDTV memerlukan bandwith yang lebih besar sampai lima kali dibanding kapasitas sinyal televisi konvensional. Meski masih sulit mendefinisikannya, HDTV dapat diartikan sebagai suatu sistem media komunikasi bergambar dan atau bersuara dengan tingkat kualitas ketajaman gambar (resolusi) yang sangat tinggi (hampir sama dengan kualitas film 35 mm) dan kualitas suaranya juga menyerupai CD (Compact Disk).

Dalam hal ini teknologi pemrosesan sinyal digital dan displai memberikan peran yang sangat penting. Diharapkan juga nantinya bisa melayani multi bahasa dan multi media. Karena HDTV merupakan sistem komunikasi, maka seperti juga sistem komunikasi konvensional lainnya, untuk penyelenggaraannya memerlukan beberapa komponen dasar seperti pusat produksi (studio), pemroses/penyimpan, sistem transmisi dan pesawat penerima.

Konsep dasar HDTV di sisi lain sebenarnya tidak dimaksudkan hanya untuk meningkatkan definisi per wilayah unit tayangan layar televisi, tetapi juga untuk meningkatkan persentase bidang visual yang menayangkan gambar tersebut. Pengembangan HDTV diarahkan pada peningkatan 100 persen jumlah piksel horizontal dan vertikal, misalnya bingkai gambar 1 MB seharusnya memiliki jumlah 1.000 garis x 1.000 titik horizontal. 

Hasil yang didapat dari perluasan ini adalah faktor perbaikan 2-3 kali dalam sudut bidang vertikal dan horizontal. Dengan demikian, perbaikan sudut ini pada HDTV juga mengubah rasio menjadi 16:9 dari 4:3 dan menjadi imej yang ditayangkan seperti di "bioskop". HDTV memang merupakan media komunikasi baru dan teknologinya sedang dalam proses penyempurnaan, terutama pada awal dekade 90-an. 

Secara singkat sejarah perkembangan HDTV dimulai oleh Jepang yang dimotori oleh pusat riset dan pengembangan NHK (TVRI/RRI-nya Jepang) pada tahun 1968. Kemudian diikuti oleh masyarakat Eropa sebagai pembanding dan akhirnya Amerika Serikat menjadi kompetitor yang harus diperhitungkan. 

Diperkirakan teknologi HDTV ini akan menjadi standar televisi masa depan, sehingga seorang peneliti senior dalam bidang sistem strategi dan manajemen Dr. Indu Singh meramalkan bahwa pasar dunia untuk HDTV ini akan mencapai 250 milyar dolar per tahun (tahun 2010). 

Kompetisi Standar
Di samping aspek pasar yang menggiurkan, dalam sistem penyelenggaran HDTV mempunyai dampak yang luas pada bidang budaya, sosial, politik sampai pada pertahanan. Karena itu negara-negara maju telah berlomba agar sistem yang mereka kembangkan itu nantinya dapat dipakai sebagai standar dunia (global). 

Standar yang telah masuk dalam agenda rapat CCIR (badan internasional yang menangani standarisasi sistem penyiaran), baru dua yaitu MUSE (Jepang) dan HD-MA(Eropa). Sementara itu Amerika Serikat yang diatur oleh FCC (Komisi Komunikasi) sedang ditegangkan untuk memutuskan satu standar dari masing-masing team (konsorsium) yang sedang berkompetisi.

Karena kepentingan masing-masing negara yang berbeda-beda apakah CCIR bisa memutuskan pemakaian standar yang tunggal? Pengalaman dari sistem TV konvensional yaitu adanya PAL/SECAM di Eropa & ASEAN, NTSC di Amerika dan Jepang, rasanya sulit CCIR untuk bisa memutuskan pemakaian tunggal sistem penyiaran HDTV ini. Disamping itu juga ada badan standarisasi di bawah ISO yaitu MPEG yang menangani standarisasi pengkodean dan pemampatan sinyal gambar bergerak. 

Setiap negara tentu saja menginginkan bahwa negaranya bisa maju dalam segala hal, termasuk teknologi HDTV. Bagi negara maju yang infrastruturnya sudah lengkap yang menjadi masalah penerapan adalah kompetisi. Namun demikian bagaimana dengan negara berkembang yang infrastrukturnya masih terbatas (lihat idealisasi sistem siaran di atas), apakah mau menciptakan standar sendiri ataukah mengikuti standar yang sedang dikembangkan oleh bangsa maju. apankah HDTV tersebut layak diterapkan?

Karena tingkatan teknologi HDTV yang ada sudah demikian maju, kemungkinan membuat standar sinyal sendiri hanyalah membuang waktu dan dana. Alangkah bijaksananya kalau negara berkembang bisa mempelajari sistem HDTV ini baik dari segi produksi, transmisinya, pesawat penerima bahkan sampai industri pembuatan komponen-komponen tersebut. Karena tanpa bisa memproduksi, negara tesebut akan selalu bergantung. 

Sebagai contoh keterpaduan yang dilakukan di Jepang untuk pengembangan industri televisi yang dimulai dekade 50-an. Dengan dimotori oleh Pusat Riset dan Pengembangan NHK, Jepang memaksa industri-industri dalam negeri (Sony, Matsuhita, dll) untuk bisa memproduksi televisi dan komponen terkait dengan orientasi permulaan pasar dalam negeri.

Dengan dilaksanakan siaran secara langsung melalui media televisi upacara pernikahan kaisar (emperor) Akihito pada tahun 1959, meledaklah industri televisi di Jepang. Akhirnya seperti kita ketahui dengan baik bahwa Jepang telah bisa merajai teknologi televisi dan pasar dunia. Bahkan telah berhasil menayangkan program HDTV 8 jam sehari (mulai 25 Nopember 1991). 

Contoh lain adalah Korea Selatan. Mereka tidak terburu-buru mengadakan penyelenggaraannya di saat standar belum mapan. Namun yang mereka kejar adalah bagaimana memproduksi HDTV untuk bisa di ekspor, sehingga mereka mengirimkan para ahli yang bisa membuat HDTV ke Jepang , Eropa dan Amerika. Kegiatan ini merupakan konsorsium dari pemerintah dan industri terkait seperti Golden Star, Samsung, Daewo, dan Korean Telecom. Proyek pengembangan produksi HDTV di Korea ini dimulai sejak tahun 1989, dengan biaya 100 milyar won, 60 persen di antaranya dikeluarkan dari kocek pemerintah. 

Syarat Penyelenggaraan HDTV
Untuk dapat menyelenggarakan sistem siaran HDTV baik secara nasional maupun global yang ideal, diperlukan beberapa kriteria antara lain sebagai berikut:

- Penggunaan sinyal standar yang sama (di dunia /dalam satu negara).

- Biaya pesawat penerima yang murah /terbeli oleh khalayak umum.

- Kompatibel dengan sistem yang sudah ada.

- Bisa dihubungkan dengan media lain (multi-media).

- Dapat terjangkau secara meluas (aspek pemerataan)

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About